Rombongan samanera melintas di depan salah satu pagoda kuno di tengah kota Bagan—kota yang menjadi rumah bagi ribuan kuil, pagoda, dan stupa. Biksu-biksu muda itu berusia sekitar 12-15 tahun, mereka tampak belum sepenuhnya tersadar. Mungkin mengantuk, mungkin sedang menimbang-nimbang hal-hal yang tidak umumdipikirkan oleh kebanyakan orang. Mereka membungkus tubuhnya dengan jubah berwarna merlot, melindungi diri dari udara Bagan yang berdebu. Bangunan berwarna pucat di sekitarmereka, menciptakan performa para akil balig cukup akal itu sungguh mencolok seperti kepompong kemerahan yang siap berubah menjadi menjadi apa saja.
Adegan di kota antik Bagan ini yaitu salah satu dari sekian banyak momen yang ditangkap lensa Hendri Hartono dalam perjalanannya berkelana dari kota ke kota, mengunjungi berbagai negara dengan ragam budaya yang memesona. Dikenal selaku langsung ‘pemberontak’ sejak muda, fotografer yang juga dosen DKV BINUS University – Semarang ini selalu sukses menghidangkan perspektif yang segar dan jujur. Kepekaannya dalam membaca ruang, cahaya, dan utamanya—insan, membuat setiap karyanya yang lugas menjadi medium interpretasi yang memanggil decak takjub.
Minat Hendri yang luas tercermin dalam bermacam-macam tema yang beliau eksplorasi: kehidupan urban, ritual keagamaan, lanskap kultural, hingga fragmen keseharian yang sering luput dari perhatian. Ia tidak mencari keindahan dalam tatanan sempurna, ia menemukannya dalam keberanian untuk menyaksikan dan mencicipi—apa adanya. Dalam rangkaian karya fotografi Hendri yang dipamerkan kali ini, kita tidak cuma diajak menikmati foto; kita diajak mendengar bisik kota, mengendus aroma debu yang menjinjing bermacam-macam kisah, meraba denyut dan dinamika yang tersembunyi di balik setiap sorotan kamera. Di situlah kekuatan sebenarnya seorang Hendri Hartono: mendatangkan dunia dengan blak-blakan, kemudian membiarkan setiap orang menjalin maknanya sendiri. Tak berlebihan bila VirtuArts kali ini memilih judul: Exploraสุ.
Exploraสุ bukan sekadar kumpulan karya; dia yakni lanskap visual dari perjalanan lahir-batin, kaya-citta, seorang turis yang juga pencari makna kehidupan. Di setiap bidikannya, Hendri menghidangkan dongeng-kisah kecil yang membentuk mozaik besar tentang kemanusiaan. Tidak ada narasi tunggal, tidak ada upaya untuk menuntun pada satu kesimpulan—sebab justru dalam keberagaman penafsiranlah karya ini mendapatkan nadinya. Eksplorasi yang beliau kerjakan bukan hanya geografis, tetapi juga emosional dan filosofis. Exploraสุ yaitu permintaan untuk berhenti sejenak, menyaksikan lebih dalam, dan menyadari bahwa dunia—betapapun riuh dan rumitnya—senantiasa menyisihkan ruang untuk diam dan memahami.
Jakarta, 24 April 2025
Ardiyansah
BINUS Digital