Pengantar Virtuarts #3 Daerah Niaga Batavia


Kiprah komunitas Tionghoa di Indonesia terdokumentasi dalam aneka macam sumber sejarah yang membentang di kurun kemerdekaan, kala revolusi, kurun kolonial, sampai jauh di masa klasik. Etnis Tionghoa memainkan peran signifikan dalam pembangunan Indonesia modern, bantuan mereka merata di banyak sekali sektor seperti ekonomi, sosial, seni dan budaya. Di bidang ekonomi, etnis Tionghoa menonjol alasannya adalah terlibat dalam aneka macam kegiatan perniagaan, mulai dari skala mikro hingga korporasi raksasa.

Keterampilan bisnis dan jaringan yang luas menjadikan mereka unggul dalam perniagaan dan secara signifikan mendorong kemajuan ekonomi di Nusantara dari kala ke kala. Sebagai salah satu pelopor jual beli transnasional, komunitas Tionghoa berperan besar dalam menghubungkan Nusantara dengan dunia luar. Mereka menjinjing aneka macam komoditas dan teknologi baru yang turut membentuk tampang budaya Indonesia kontemporer.

Pada kala kolonial, peran etnis Tionghoa di Indonesia makin sentral. Mereka menguasai sektor perdagangan, perbankan, dan industri-industri besar. Kegiatan mereka tersebut turut memacu perkembangan kota-kota pelabuhan seperti Batavia, Semarang dan Surabaya.

Dalam kehidupan sosial di Batavia (kini Jakarta), komunitas Tionghoa membangun kantong-kantong bisnis yang tersebar ke banyak sekali kawasan. Mereka mendiami kawasan-kawasan strategis yang kemudian diketahui selaku Pecinan. Tidak hanya menjadi pusat jual beli, daerah-kawasan tersebut juga menjadi cerminan dari komunitas yang teratur dengan baik.

VirtuArts #3 kali ini memperlihatkan rangkaian karya gambaran hasil kerja sama dosen/ desainer BINUS/ SATU University yang merekam faktor-faktor kehidupan masyarakat Tionghoa di kurun kolonial. Fokus karya ilustrasi pada ragam profesi, insiden, dan lokasi yang digambarkan akurat pada abad itu, seolah berupaya menangkap dinamika kehidupan di Batavia pada salah satu era paling menantang di periode-era menjelang lahirnya negara Indonesia beberapa dekade lalu.

Pada seri profesi, tergambar bagaimana masyarakat Tionghoa mencari nafkah dengan menekuni berbagai pekerjaan yang menjadi penyokong ekonomi pada abad itu. Mulai dari berdagang kain, menjual kuliner, sampai menjadi tukang cukur atau tukang kayu. Beberapa pekerjaan yang sekarang sudah langka dan tergantikan oleh modernisasi dan perkembangan zaman juga terekam baik dalam festival yang melibatkan empat dosen/ desainer BINUS/ SATU University ini.

Pada seri kejadian dan lokasi, kita diajak ‘berziarah’ ke era lalu di mana tempat-kawasan strategis di Jakarta dikala itu belum sarat sesak oleh kemacetan dan keramaian yang menjadi konsekuensi kemajuan kota ini selaku metropolitan. Digambarkan dengan teknik gambaran vektor editorial bergaya Ligne Claire ala Tintin yang mengandalkan komposisi warna-warna terang dengan garis dan shading tegas, “Wilayah Niaga Tionghoa Batavia” menyuguhkan dinamika kehidupan masa lalu dalam langgam ilustrasi kekinian.

VirtuArts #3 ialah pekan raya hasil riset visual wacana sejarah Batavia, khususnya pengaruh budaya Tionghoa di Jakarta. Penelitian yang dikerjakan oleh Danu Widhyatmoko, Tytton Sishertanto, Rina Kartika, dan Julianto tersebut dibiayai menggunakan Dana Hibah BINUS Berbasis Roadmap & Rencana Induk Penelitian (RIP) BINUS University, tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015. Kini, hasil penelitian dan kerja kreatif selama bertahun-tahun tersebut bisa dinikmati dalam format ruang pamer virtual yang dapat di jalan masuk secara online.

‘Batavia’, 28 Oktober 2024

Ardiyansah

BINUS Digital