Kata “technopreneur” berasal dari penggabungan kata “technology” (teknologi) dan “entrepreneur” (pengusaha). Technopreneur berbeda dengan wirausaha tradisional. Bagi technopreneur, teknologi punya tugas sungguh penting dalam bisnis mereka. Seorang technopreneur tidak hanya melihat teknologi sebagai alat atau fasilitas , tetapi juga sebagai bab integral dari seni manajemen bisnisnya.
Mereka tidak cuma mengadopsi teknologi yang telah ada, namun juga membuat teknologi baru atau memadukan teknologi yang ada untuk meraih tujuan bisnis. Mereka bukan cuma melaksanakan bisnis secara online, namun juga mengintegrasikan teknologi secara inovatif untuk memecahkan masalah.
Nah, dalam membuat teknologi baru maupun memecahkan dilema, seorang technopreneur harus bisa dan berani berinovasi.
Berani Berinovasi: Kunci Menjadi Digital Technopreneur
Mengutip postingan dari Harvard Business School Online, penemuan ialah penciptaan produk, layanan, model bisnis, atau strategi yang gres dan berfaedah. Jika kreativitas dalam bisnis penting untuk menghasilkan ilham-ide unik, penemuan lebih penting lagi. Pasalnya, inovasi mampu memberikan penyelesaian mudah kepada dilema.
Oleh sebab itu, berani berinovasi yaitu kunci utama untuk meraih kesuksesan dalam bisnis, tergolong dalam technopreneurship. Bagaimanapun, seorang technopreneur berhasil bukan cuma mengikuti tren teknologi, namun juga mampu membuat tren gres.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tiga argumentasi mengapa inovasi sungguh penting, seperti dilansir dari Harvard Business School Online:
- Menentukan Kemampuan Beradaptasi
Kemampuan penemuan bisa memilih seberapa jauh perusahaan mampu menyesuaikan diri dikala dihadapkan pada tantangan dan pergantian. Sebagai contoh, pandemi COVID-19 mengubah tatanan lanskap bisnis. Mereka yang bertahan adalah bisnis yang bisa berinovasi dengan memunculkan penyelesaian-penyelesaian simpel.
Ya, penemuan mampu membantu technopreneur menanggulangi tantangan yang dihadapi dalam bisnis mereka. Meski pandemi COVID-19 telah berlalu, teknologi yang terus berkembang dengan cepat akan senantiasa menghadirkan tantangan-tantangan gres. Oleh alasannya itu, technopreneur harus berani berinovasi supaya mampu mengikuti keadaan dengan pergantian zaman.
- Mendorong Pertumbuhan
Technopreneur yang berani berinovasi condong menciptakan nilai tambah bagi pelanggan. Mereka tidak cuma memperlihatkan produk atau layanan yang sama, namun membuat pengalaman yang lebih baik atau solusi yang lebih efisien. Alhasil, reputasi mereka pun menjadi lebih baik dan kepuasan pelanggan pun meningkat.
Dengan mempertahankan pelanggan (customer retention), technopreneur akan punya lebih banyak potensi untuk menumbuhkan dan berbagi bisnisnya menjadi lebih besar.
- Meningkatkan Daya Saing
Di lingkungan bisnis yang kompetitif, technopreneur yang inovatif memiliki keunggulan dibanding para kompetitor. Ketika para pesaing memperlihatkan produk atau layanan serupa, kamu bisa membedakan bisnismu dari yang lain dengan berinovasi.
Adapun bentuk inovasi mampu beragam, mulai dari pengembangan produk atau layanan baru hingga penggunaan teknologi yang ada untuk memecahkan persoalan yang belum terpecahkan.
Tokoh Digital Technopreneur Indonesia
Elon Musk, Steve Jobs, dan Jeff Bezos ialah tokoh technopreneur yang merajai bisnis digital kelas dunia. Bagaimana dengan Digital Technopreneur dari Indonesia? Meski tidak sepopuler tokoh-tokoh technopreneur dunia, Indonesia punya sejumlah technopreneur yang tak kalah membanggakan, di antaranya:
- William Tanuwijaya: Pendiri Tokopedia, salah satu unicorn terbesar di Indonesia.
- Kevin Osmond: co-founder dari Tiket.com, Filmoo.com, dan Printerous.com.
- Marcella Einsteins: Co-founder Tiket.com dan IndoTravel.
- Joshua Kevin: mendirikan startup Talenta.co, yang diakuisisi oleh Sleekr.
- Edy Budiman: Pendiri Dewaweb, perusahaan berbasis cloud.
- Muhammad Egha: Co-founder Delution.
- Alamanda Shantika Santoso: founder dan presiden direktur Binar Academy.
- Bernardus Sumartok: mendirikan Swastee, layanan laundry ramah lingkungan di Bali.
- Benni Fajarai: mendirikan Cactus Project, Kreavi.com, Qlapa, dan co-founder Lifepal.
- Yasa Singgih: mendirikan Men’s Republic, co-founder dan CEO Fortius Distributions Indonesia.
Tahukah kau apa kesamaan sejumlah tokoh technopreneur di atas? Ya, mereka semua adalah alumni BINUS UNIVERSITY. Buat kau yang tertarik mengikuti jejak mereka, kuliah di BINUS @Malang mampu menjadi pilihan tepat.
BINUS @Malang tidak hanya memperlihatkan kurikulum yang berfokus pada penemuan dan kreativitas, namun juga program-program mempesona. Sebut saja Mobility Program, yang memungkinkan mahasiswa mencar ilmu di kampus Ibu Kota dan Minor Program yang memperkaya wawasan mahasiswa.
Selain itu, BINUS @Malang juga menjadi sentra Digital Technopreneur melalui program Digitech Valley. Kehadiran Digitec Valley bertujuan menolong mahasiswa membuatkan kemampuan di bidang teknologi dan bisnis. Mulai dari 20 Juli 2023, Digitec Valley menyediakan kawasan seru untuk belajar dan bereksperimen bagi mahasiswa dari segala jurusan. Ada empat wahana di Digitec Valley, yaitu: Hype Reality Zone, Eagle Sky Zone, Live Show Zone, dan Memory Zone. Di sini, mahasiswa bisa belajar teknologi modern dan menemukan ilham inovatif baru untuk menjadi technopreneur.
Sebagai satu-satunya akomodasi teknologi tercanggih di Jawa Timur, Digitec Valley juga menjadi tempat kerja sama antar mahasiswa dan dengan perusahaan startup untuk mencar ilmu inovasi di dunia digital.
Selain menunjang pendidikan, Digitec Valley juga menggelar banyak sekali acara edukasi dan entertainment yang terkait dengan teknologi digital. Makara, mahasiswa mampu mencoba hal baru dan berbagi minat mereka dengan teknologi mutakhir.